1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Di dalam menjalani
kehidupan manusia akan terus mencari tahu tentang hakikat hidupnya dan seluruh
materi yang ada disekelilingnya. Dia akan terus berfikir mencari kebenaran
(hakikat) hidupnya dan materi lain yang ada disekelilingnya. Seseorang tidak
akan pernah berhenti untuk berfikir dan mencari tahu sebelum menemukan
jawaban dan memahami tentang diri dan
lingkungannya. Setiap pemikiran manusia yang diberi kesimpulan akan melahirkan
sebuah konsep atau ide. Setiap perkembangan dalam idea, konsep dan sebagainya
dapat disebut sebagai aktivitas berpikir. Karena itu maka definisi yang paling
umum dari berpikir adalah perkembangan idea dan konsep.
Menurut madzhab komunisme,
pemikiran adalah hasil dari refleksi (pemantulan) fakta terhadap otak. Artinya,
pengetahuan mereka tentang fakta. Pemikiran itu terbentuk dari fakta, otak, dan
proses refleksi fakta terhadap otak[1].
Menurut Syaikh
Taqiyyudin an-Nabhani, pemikiran adalah pemindahan fakta melalui panca indera
ke dalam otak yang disertai adanya informasi-informasi terdahulu yang akan
digunakan untuk menafsirkan fakta tersebut[2].
Burhanuddin Salam
berpendapat bahwa berpikir merupakan suatu bentuk kegiatan akal/ratio manusia dengan mana pengetahuan
yang kita terima melalui panca indera diolah dan ditujukan untuk mencapai
kebenaran. Aktivitas berpikir adalah berdialog dengan diri sendiri dalam batin
dengan manisfestasinya ialah mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis,
menunjukkan alasan-alasan, membuktikan sesuatu, menggolong-golongkan,
membandingkan-bandingkan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran,
mencari kausalitasnya, membahas secara realitas dan lain-lain[3].
Dalam proses berfikir
setiap manusia menempuh jalan yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dan
semakin sering seseorang melakukan penelitian maka akan semakin tinggi taraf
berpikirnya. Sebaliknya, jika seseorang kekurangan informasi dan jarang
melakukan penelitian maka semakin maka akan semakin rendah pula taraf
berfikirnya.
Ada beberapa beberapa
metode berpikir yang digunakan oleh manusia dalam mencari hakikat hidup
dan hakikat materi yang ada disekelilingnya yaitu pengetahuan, filsafat, dan metode
rasional (ilmu). Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentang
pengetahuan, filsafat, dan ilmu (metode rasional berfikir).
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
deskripsi diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1)
Apa
yang dimaksud dengan filsafat?
2)
Bagaimana
struktur filsafat?
3)
Apa
yang dimaksud dengan pengetahuan?
4)
Apa
yang dimaksud dengan ilmu?
1.3
Tujuan
Adapun
yang menjadi tujuan dari makalah ini dapat diringkas sebagai berikut:
1)
Untuk
memahami terminologi filsafat
2)
Untuk
mengetahui struktur filsafat
3)
Untuk
memahami terminologi pengetahuan
4)
Untuk
memahami terminologi ilmu
2.
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Filsafat
Memberikan definisi
atau batasan tentang filsafat, bukan perkara mudah karena bagaimana mungkin
membatasi pengetahuan radikal dan tanpa batas dengan pembatasan-pembatasan yang
menutup ruang geraknya. Secara logika, mendefinisikan berarti membatasi suatu
terminologi atau konsep agar dengan mudah dapat dibedakan dengan konsep
lainnya, sebagaimana terjadinya
perbedaan definisi antara ilmu dan pengetahuan serta antara ilmu perngetahuan
dan filsafat. Akan tetapi karena salah satu kerja filsafat adalah memberikan
batasan, terpaksa ia pun harus menerima untuk dibatasi[4].
Secara filosofis,
kesukaran memberikan definisi filsafat disebabkan oleh hal-hal berikut[5]:
1. Setiap orang berhak memberikan definisi filsafat sesuai dengan pengetahuan
sebatas yang diketahuinya. Oleh karena itu, perbedaan dalam memberikan definisi
menjadi hal yang wajar.
2. Setiap filosof memiliki pengalaman sendiri-sendiri dengan kehidupan yang
dihadapinya dan definisi dapat diangkat dari berbagai situasi dan kondisi yang
beragam sepanjang berkaitan dengan realitas kehidupan empirik para filosof.
3. Filsafat sering dimaknakan secara luas untuk semua ruang lingkup pengetahuan
yang ujung-ujungnya berakhir dengan anggapan bahwa filsafat merupakan induk
ilmu pengetahuan.
4. Filsafat juga dilegalisasikan secara rasional sebagai pembuat ideologi dan
keyakinan tertantu, bahkan ada yang berpandangan bahwa agama tercipta oleh
filsafat.
5. Tidak jarang orang yang berpandangan membingungkan orang lain, berbicara
berbelit-belit mengaku dirinya sedang berfilsafat, kalau tidak membingungkan
orang atau dirinya sendiri, maka bukanlah filsafat.
6. Batasan bagi filsafat sekedar mendudukan filsafat sebagai objek kajian
dalam ilmu pengetahuan, meskipun filsafat berbeda dengan ilmu dan berbeda pula
dengan pengetahuan.
7. Setiap orang yang memberikan pencerahan pemikiran dan hikmah-hikmah bagi
kehidupan manusia dikatakan sebagai filosof, sehingga para filosof adalah
adalah guru bagi semua umat manusia.
Hatta mengatakan bahwa
pengertian filsafat lebih baik tidak dibicarakan lebih dulu, nanti bila orang
telah banyak mempelajari filsafat orang itu akan mengerti dengan sendirinya apa
filsafat itu[6]. Langeveld
juga berpendapat seperti itu. Katanya, setelah orang berfilsafat
sendiri, barulah ia maklum apa filsafat itu, maka dalam ia berfilsafat akan
semakin mengerti ia apa filsafat itu[7].
Filsafat disebut juga
sebagai pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi
segala sesuatu berdasarkan akal pikiran belaka[8].
Filsafat merupakan pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia, sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia
dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya mencapai pengetahuan itu[9].
Apa yang
diingatkan oleh Hatta dan Langeveld memang ada benarnya. Kita sebenarnya tidak cukup hanya dengan
mengatakan filsafat ialah hasil pemikiran yang tidak empiris, karena pernyataan
itu memang belum lengkap. Bertnard Russel menyatakan bahwa filsafat adalah the
attempt to answer ultimate question critically[10].
D.C. Mulder mendefinisikan filsafat sebagai pemikiran teorirtis tentang susunan
kenyataan sebagai keseluruhan[11].
Sedangkan filsafat
menurut arti kata, terdiri atas kata philein yang artinya cinta dan sophia
yang artinya kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Cinta artinya
hasrat yang besar, atau yang berkobar-kobar, atau yang sungguh-sungguh.
Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kenenaran yang sesungguhnya. Jadi
filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati. Pengertian umum filsafat
adalah ilmu pengetahan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh
kebenaran. Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakikat. Ilmu pengetahuan
tentang hakikat menanyakan tentang apa hakikat atau sari atau inti atau esensi
segala sesuatu. Dengan cara ini, jawaban yang akan diberikan berupa kebenaran
yang hakiki. Ini sesuai dengan arti filsafat menurut kata-katanya.
Dari definisi diatas
dapat diketahui bahwa filsafat adalah hasrat atau keinginan yang
sungguh-sungguh untuk menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh
kebenaran sejati dengan menggunakan akal
untuk melakukan tesis-antitesis yang bersifat bebas dan tanpa metodologi.
2.2
Pendekatan-Pendekatan
Filsafat
Dalam filsafat, semua realitas bukan realitas yang sebenarnya. Oleh
karena itu, kebenaran bukan dibatasi oleh hasil uji coba di laboratorium atau
hanya karena telah mengalaminya. Pertanyaan merangsang tercabutnya kebenaran
adalah dari sudut hakikatnya. Dalam filsafat, semua itu berada dalam kajian
ontologi yakni pendalaman rasional tentang hakikat segala sesuatu yang tidak
akan terjawab oleh sains. Sebagaimana objrk materia filsafat yang menguliti
keberadaan Tuhan, manusia, hidup, dan
mati, dunia dan akhirat, cinta dan benci, semua yang ada adalah objek materi
yang masing-masing dimiliki hakikatnya. Akan tetapi dari semua hakikat benda-benda
natural dan supranatural, ada yang paling hakiki yang ada dengan sendirinya.
Filsafat membongkar mati-matian berbagai kemungkinan sehingga sumber setiap
eksistensi dapat ditemukan secara rasional, logis, dan sistematis.
2.2.1
Pendekatan
Ontologi
Ontologi adalah teori hakikat yang mempertanyakan setiap
eksistensi. Dengan demikian, sumbernya sumbernya ditemukan. Berbicara tentang
sumber setiap pengetahuan, dalam filsafat lahir pendekatan yang kedua yaitu
epistemologi. Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai
kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Ahli metafisika juga berusaha memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai
dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab
akibat, dan kemungkinan.
Beberapa pertanyaan yannng berputar sekitar persoalan ontologis
yaitu:
Ø Apa yang dimaksud dengan ada, keberadaan atau eksistensi itu?
Ø Bagaimana penggolongan dari ada, keberadaan, atau eksistensi itu?
Ø Apa sifat dasar kenyataan dan keberadaan?
Ø Jenis keturunan apa yang ada dalam alam?
Ø Apakah keteraturan dialam seperti mesin ataukah keteraturan yang
berjutuan (teologi)?
Ø Apa hubungan sebab akibat?
Ø Apakah ruang dan waktu itu?
Ø Bagaimana terjadi hubungan ragawi dan jiwa?
Ø Apa yang dimaksud dengan kesadaran?
Ø Manusia sebagai makhluk apakah bebas atau tidak bebas?
2.2.2
Pendekatan
Epistemologi
Epistemologi berasal dari bahasa latin, yaitu episteme yang
berarti knowledge yaitu artinya pengetahuan. Sedangkan logos
berarti teori, adapula yang mendefinisikannya sebagai hidup. Sehingga,
epistemologi adalah teori pengetahuan atau teori tentang metode, cara atau
dasar dari ilmu pengetahuan. Atau studi tentang hakikat tertinggi, kebenaran
dan batasan ilmu manusia[12].
Dalam filsafat, epistemologi adalah cabang ilmu filsafat yang meneliti asal,
struktur, metode-metode, dan keshahihan pengetahuan. Epistemologi berbeda
dengan logika. Jika logika merupakan sains formal yang berkenaan dengan
prinsip-prinsip penalaran yang shohih, maka epistemologi adalah sains filosofis
tentang asal usul pengetahuan dan kebenaran.puncak kajian epistemologi adalah
masalah kebenaran yang membawa ke ambang pintu metafisika.
Epistemolgi adalah analisis filosofis terhadap sumber-sumber
pengetahuan. Dari mana dan bagaimana pengetahuan diperoleh, merupakan kajian
epistemologi. Kajian epistemologi membahas tentang sumber pengetahuan dan
sistematikanya. Ilmu atau sains adalah pengetahuan-pengetahuan yang gejalanya
dapat diamati berulang-ulang melalui eksperimen, sehingga orang lain pun dapat
melakukan eksperimen dalam kasus yang sama, tetapi dalam waktu dan tempat yang
berbeda. Dalam epistemologi dibicarakan pula tentang hakikat ketepatan susunan
berpikir yang secara akurat pula digunakan untuk masalah-masalah yang
bersangkutan dengan maksud menemukan kebenaran isi sebuah pertanyaan. Isi
pertanyaan adalah sesuatu yang ingin diketahui. Oleh karena itu, epistemologi
relevan dengan ilmu pengetahuan.
2.2.3
Pendekatan
Aksiologi
Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios yang
artinya nilai dan logos yang artinya teori atau ilmu. Ada juga yang mengartikan
logos dengan nilai. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, aksiologi adalah kegunaan
ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya
etika[13].
Dalam encyclopedia of philosophy[14]
dijelaskan aksiologi di samakan dengan value and valuation.
Menurut John Sinclair, dalam lingkup filsafat nilai merujuk pada
pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial, dan agama. Sedangkan nilai
itu sendiri adalah sesuatu yang berharga yang diidamkan oleh setiap insan.
Dari definisi aksiologi diatas, maka dapat dipahami bahwa kajian
utama aksiologi adalah nilai yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan
berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan
estetika. Aksiologi ilmu terdiri nilai-nilai yang bersifat normatif dalam
pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana dijumpai dalam
kehidupan, yang menjelajahi berbagai kawasan seperti kawasan sosial, kawasan
simbolik, ataupun fisik material[15].
Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai.
2.2.4
Struktur
Filsafat
Struktur filsafat adalah cara kerja filsafat dalam mencari
kebenaran. Sebagimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa cara kerja filsafat
adalah sebagai berikut:
1)
Menjadikan
rasio sebagai alat utama untuk menemukan kebenaran
2)
Merasionalisasi
segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dengan cara berfikir mendalam,
logis, dan rasional
3)
Menjadikan
semua objek ilmu pengetahuan sebagai objek materi filsafat, tetapi cara
kerjanya tidak mengenal kata akhir sebuah kebenaran walaupun kebenarannya telah
terbukti.
4)
Kebenaran
yang bersifat observatif dan empiris bagi filsafat merupakan langkah awal
menuju pencarian kebenaran hakiki.
5)
Cara
kerja rasio yang sistematis, radikal, dan spekulatif.
6)
Objek
kajian filsafat tidak sebatas pada segala sesuatu yang alamiah, bahkan sesuatu
yang sebenarnya dzat yang menciptakan alam, yang tidak tidak bersifat alamiah
yakni Tuhan tidak segan-segan dijadikan bahan perdebatan dan perbincangan
filsafat.
2.3
Pengertian
Pengetahuan
Sangat sedikit bahkan hampir tidak ada seorang pun yang
mendefinisikan pengetahuan secara mandiri. Oleh karena itu, dalam makalah ini
analisis tentang terminologi pengetahuan akan dijabarkan menurut pemikiran
penulis berdasarkan kajian terhadap fakta. Ketiadaan definisi pengetahuan
secara mandiri dikarenakan para intelektual yang memandang bahwa inmu dan
pengetahuan memiliki termonologi yang sama. Padahal, dua kata ini memiliki
makna yang berbeda.
Pengetahuan dan ilmu merupakan dua istilah yang memiliki makna yang
berbeda, seseorang yang berilmu belum tentu dia berilmu belum tentu dia
memiliki pengetahuan, begitupun sebaliknya seseorang yang memiliki pengetahuan
belum tentu dia berilmu. Setiap informasi yang diterima sesungguhya merupakan
pengetahuan bagi setiap orang. Sebagai contoh, seorang petani awam yang suka
membaca berita-berita ekonomi maka dia akan memiliki banyak pengetahuan tentang
ekonomi sekalipun dia tidak memiliki ilmu ekonomi (teori-teori ekonomi).
Begitupun sebaliknya, seorang sarjana ekonomi tentu memiliki ilmu ekonomi tapi
belum tentu memiliki pengetahuan tentang ekonomi karena tidak pernah membaca
koran atau mendengar berita. Misalnya ada orang awam yang membaca koran, kemudian
dia menjadi tahu kalau pemerintah baru saja mencabut subsidi BBM. Selanjutnya,
dengan membaca koran itu juga dia menjadi tahu akibat mencabut subsidi BBM,
maka harga BBM juga ikut naik yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga beras,
tempe, tahu, paha ayam, sayur, dan lain-lainnya. Dia mengetahui itu semua
karena dia membaca koran. Namun, jika dia ditanya apa hubugan pencabutan
subsidi BBM dengan terjadinya inflasi (kenaikan harga-harga barang)? Orang awam
itu tidak akan mampu menjawabnya. Apalagi jika dia ditanya, bagaimana pengaruh
kenaikan harga BBM terhadap inflasi dan berapa tingkat inflasi yang terjadi
akibat kenaikan pencabutan subsidi BBM.
Hal itu berbeda dengan seorang sarjana ekonomi yang memiliki banyak
ilmu ekonomi. Dia memiliki banyak ilmu ekonomi sehingga jika ditanya hubungan
pencabutan subsidi BBM dengan inflasi, insya Allah dia akan mampu menjawabnya.
Namun jika dia tidak pernah membaca koran atau mendengar berita, maka jika
ditanya apakah BBM sudah naik? Maka dia tidak akan tahu karena tidak membaca
koran atau mendengar berita. Oleh karena itu, berdasarkan deskripsi diatas maka
pengetahuan adalah setiap informasi yang diserap oleh otak melalui panca indra.
Pengetahuan terbagi menjadi dua macam, yaitu pengetahuan yang
diperoleh melalui persetujuan dan pengetahuan yang diperoleh melalui
pengetahuan langsung atau observasi. Pengetahuan yang pertama diperoleh dengan
cara mempercayai apa yang dikatakan oraang lain karena kita tidak dapat belajar
segala sesuatu melalui pengalaman kita sendiri[16].
Menurut Juhaya, kebanyakan pengetahuan kita sebagai
individu-individu di dalam masyarakat adalah pengetahuan sementara yang tidak
kekal. Melalui rentang waktu yang amat panjang, pengetahuan mengalami berbagai
macam pengklasifikasian. Pengetahuan pun ada yang sifatnya wacana intelektual
yang tidak dapat diterapkan, tetapi semata-mata dapat dipikirkan oleh manusia.
Ada pula pengetahuan yang bukan hanya dipikirkan oleh manusia, tetapi
diterapkan dalam bentuk-bentuk real yang membantu mempermudah kehidupan manusia.
Pengetahuan terapan ini disebut juga teknologi. Ada pula pengetahuan yang tidak
dapat dipikirkan, tetapi dapat dirasakan, sebagaimana segala bentuk keyakinan
spritualistik yanag lebih dominan untuk dirasakan kehangatannya dalam
keberimanan manusia yang beragama[17]
2.4
Pengertian
Ilmu
Menurut bahasa, arti kata ilmu berasal dari bahasa Arab (ilm),
bahasa Latin (science) yang berarti tahu atau mengetahui atau memahami. Orang-orang
yang mempelajari bahasa Arab mengalami sedikit kebingungan tatkala menghadapi
kata “ilmu”. Dalam bahasa Arab kata ” al-ilm” berarti pengetahuan (knowledge).
Sedangkan kata ilmu dalam bahasa indonesia biasanya merupakan terjemahan dari
science. Ilmu dalam arti science itu hanya sebagian dari Al-ilm dalam bahasa
Arab. Maksudnya agar orang yang mengerti bahasa Arab tidak bingung membedakan
kata ilmu (science) dengan kata ilmu (knowledge)[18].
Sedangkan menurut istilah, ilmu adalah pengetahuan yang sistematis
atau ilmiah. Perbedaan ilmu dan pengetahuan yaitu : Secara umum, Pengertian
Ilmu merupakan kumpulan proses kegiatan terhadap suatu kondisi dengan
menggunakan berbagai cara, alat, prosedur dan metode ilmiah lainnya guna
menghasilkan pengetahuan ilmiah yang analisis, objektif, empiris, sistematis
dan verifikatif[19].
Ilmu diartikan juga sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang
disusun secara sistematis menurut metode ilmiah tertentu yang dapat digunakan
untuk menerangkan kondisi tertentu dalam bidang pengetahuan[20].
Sedangkan dalam Wikipedia Indonesia, Pengertian Ilmu/ilmu pengetahuan adalah
seluruh usaha sadar untuk menemukan, menyelidiki dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai bentuk kenyataan dalam alam manusia.
Ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau
fenomena yang merupakan hasil analisis secara objektif dan empiris yang
berkaitan dengan materi dan sifat, yang diperoleh manusia melalui proses
berfikir yang sistematis dan memiliki motodologi. Itu artinya bahwa setiap ilmu
merupakan pengetahun tentang sesuatu yang menjadi objek kajian dari ilmu
terkait yang melewati metodologi sehingga menghasilkan kesimpulan dan kepastian.
3.
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan
deskripsi diatas maka kesimpulan dalam makalah ini adlah sebagai berikut:
1)
filsafat adalah hasrat
atau keinginan yang sungguh-sungguh untuk menyelidiki hakikat segala sesuatu
untuk memperoleh kebenaran sejati dengan
menggunakan akal untuk melakukan tesis-antitesis yang bersifat bebas dan
tanpa metodologi
2)
Pendekatan dalam
filsafat ilmu ada tiga yaiktu ontologi, epistemologi dan aksiologi
3)
Struktur filsafat
adalah cara kerja filsafat dalam mencari kebenaran dengan menjadikan rasio
sebagai alat utama mencari kebenaran dengan cara berfikir secara bebas, tanpa
batasan dan metodologi serta radikal dan spekulatif.
4)
Pengetahuan adalah
setiap informasi yang diterima oleh seseorang baik secara langsung maupun tidak
langsung dari pihak lain dan tidak memiliki metodologi.
5)
Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena yang merupakan hasil
analisis secara objektif dan empiris yang berkaitan dengan materi dan sifat,
yang diperoleh manusia melalui proses berfikir yang sistematis dan memiliki
motodologi.
3.2
Saran
Adapun
yang menjadi saran penulis berkaitan dengan tema pembahasan ini adalah sebagai
berikut:
1)
Pembuktian
tentang kebenaran dan hakikat harus dilakukn dengan ilmu bukan dengan filsafat,
filsafat hanya digunakan dalam proses pencarian variabel-variabel struktur
pembentuk penelitian, sementara proses pembuktian harus dikembalikan kepada
ilmu yang memiliki metodologi agar mengahasilkan ketentraman jiwa, kesesuaian
dengan fitrah manusia dan memuaskan akal.
[1]
Taqiyuddin an-Nabhani, Hakekat Berpikir,
h. 5. Lebih lanjut Taqiyyudin menerangkan bahwa berpikir memiliki makna yang
sama dengan al-aqli (akal).
[2]
Taqiyuddin an-Nabhani, Hakekat Berpikir, h. 25
[3]
Burhanuddin Salam, Logika Formal, ( Jakarta : PT Bina Aksara, 1988),h.1
[4]
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum Dari Metologi Sampai
Teofilosofi, Cet. 1 (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 13
[5]
ibid
[6]
Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1966, h. 3
[7]
Langeveld, Menudju Ke Pemikiran Filsafat, 1971, h.11
[8]
Poedjawijatna, Pembimbing Ke Alam Filsafat, 1974, h.11
[9]
Hasbullah Bakry, Sistematik Filsafat, 1971, h.11
[10]
Joe
Park, Selected Reading in the Philosophy of Education, 1960, h. 3
[11]
D.C.
Mulder, Pembimbing ke Dalam Ilmu Filsafat, 1966, h. 10
[12]
Sarwar, 1994, h. 22
[13]
Admojo Wihadi, et.al. Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998),
h. 19
[14]
Amsal, encyclopedia of philosophy, h. 164
[15]
Koento, 2003. h. 13
[16]
[16]
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum Dari Metologi Sampai
Teofilosofi, Cet. 1 (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 21
[17]
Juhaya S. Pradja, filsafat ilmu, (Bandung: Teraju, 2003) dalam Atang
Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum Dari Metologi Sampai
Teofilosofi, Cet. 1 (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 21
[18]
Ahmad
Tafsir, Filsafat Ilmu, 2010, h 3.
[19]
Nurul Alima, Pengertian
Ilmu, Blog Kumpulan Artikel Ekonomi,
http://isma-ismi.com/pengertian-ilmu.html
[20]
KBBI
Komentar
Posting Komentar