Langsung ke konten utama

PERBEDAAN FILSAFAT, PENGETAHUAN DAN ILMU




1.        PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Di dalam menjalani kehidupan manusia akan terus mencari tahu tentang hakikat hidupnya dan seluruh materi yang ada disekelilingnya. Dia akan terus berfikir mencari kebenaran (hakikat) hidupnya dan materi lain yang ada disekelilingnya. Seseorang tidak akan pernah berhenti untuk berfikir dan mencari tahu sebelum menemukan jawaban  dan memahami tentang diri dan lingkungannya. Setiap pemikiran manusia yang diberi kesimpulan akan melahirkan sebuah konsep atau ide. Setiap perkembangan dalam idea, konsep dan sebagainya dapat disebut sebagai aktivitas berpikir. Karena itu maka definisi yang paling umum dari berpikir adalah perkembangan idea dan konsep.
Menurut madzhab komunisme, pemikiran adalah hasil dari refleksi (pemantulan) fakta terhadap otak. Artinya, pengetahuan mereka tentang fakta. Pemikiran itu terbentuk dari fakta, otak, dan proses refleksi fakta terhadap otak[1].
Menurut Syaikh Taqiyyudin an-Nabhani, pemikiran adalah pemindahan fakta melalui panca indera ke dalam otak yang disertai adanya informasi-informasi terdahulu yang akan digunakan untuk menafsirkan fakta tersebut[2].

Burhanuddin Salam berpendapat bahwa berpikir merupakan suatu bentuk kegiatan  akal/ratio manusia dengan mana pengetahuan yang kita terima melalui panca indera diolah dan ditujukan untuk mencapai kebenaran. Aktivitas berpikir adalah berdialog dengan diri sendiri dalam batin dengan manisfestasinya ialah mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, menunjukkan alasan-alasan, membuktikan sesuatu, menggolong-golongkan, membandingkan-bandingkan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran, mencari kausalitasnya, membahas secara realitas dan lain-lain[3].
Dalam proses berfikir setiap manusia menempuh jalan yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dan semakin sering seseorang melakukan penelitian maka akan semakin tinggi taraf berpikirnya. Sebaliknya, jika seseorang kekurangan informasi dan jarang melakukan penelitian maka semakin maka akan semakin rendah pula taraf berfikirnya.
Ada beberapa beberapa metode berpikir yang digunakan oleh manusia dalam mencari hakikat hidup dan hakikat materi yang ada disekelilingnya yaitu pengetahuan, filsafat, dan metode rasional (ilmu). Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentang pengetahuan, filsafat, dan ilmu (metode rasional berfikir).

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1)      Apa yang dimaksud dengan filsafat?
2)      Bagaimana struktur filsafat?
3)      Apa yang dimaksud dengan pengetahuan?
4)      Apa yang dimaksud dengan ilmu?

1.3    Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari makalah ini dapat diringkas sebagai berikut:
1)      Untuk memahami terminologi filsafat
2)      Untuk mengetahui struktur filsafat
3)      Untuk memahami terminologi pengetahuan
4)      Untuk memahami terminologi ilmu

2.        PEMBAHASAN
2.1    Pengertian Filsafat
Memberikan definisi atau batasan tentang filsafat, bukan perkara mudah karena bagaimana mungkin membatasi pengetahuan radikal dan tanpa batas dengan pembatasan-pembatasan yang menutup ruang geraknya. Secara logika, mendefinisikan berarti membatasi suatu terminologi atau konsep agar dengan mudah dapat dibedakan dengan konsep lainnya,  sebagaimana terjadinya perbedaan definisi antara ilmu dan pengetahuan serta antara ilmu perngetahuan dan filsafat. Akan tetapi karena salah satu kerja filsafat adalah memberikan batasan, terpaksa ia pun harus menerima untuk dibatasi[4].
Secara filosofis, kesukaran memberikan definisi filsafat disebabkan oleh hal-hal berikut[5]:
1.      Setiap orang berhak memberikan definisi filsafat sesuai dengan pengetahuan sebatas yang diketahuinya. Oleh karena itu, perbedaan dalam memberikan definisi menjadi hal yang wajar.
2.      Setiap filosof memiliki pengalaman sendiri-sendiri dengan kehidupan yang dihadapinya dan definisi dapat diangkat dari berbagai situasi dan kondisi yang beragam sepanjang berkaitan dengan realitas kehidupan empirik para filosof.
3.      Filsafat sering dimaknakan secara luas untuk semua ruang lingkup pengetahuan yang ujung-ujungnya berakhir dengan anggapan bahwa filsafat merupakan induk ilmu pengetahuan.
4.      Filsafat juga dilegalisasikan secara rasional sebagai pembuat ideologi dan keyakinan tertantu, bahkan ada yang berpandangan bahwa agama tercipta oleh filsafat.
5.      Tidak jarang orang yang berpandangan membingungkan orang lain, berbicara berbelit-belit mengaku dirinya sedang berfilsafat, kalau tidak membingungkan orang atau dirinya sendiri, maka bukanlah filsafat.
6.      Batasan bagi filsafat sekedar mendudukan filsafat sebagai objek kajian dalam ilmu pengetahuan, meskipun filsafat berbeda dengan ilmu dan berbeda pula dengan pengetahuan.
7.      Setiap orang yang memberikan pencerahan pemikiran dan hikmah-hikmah bagi kehidupan manusia dikatakan sebagai filosof, sehingga para filosof adalah adalah guru bagi semua umat manusia.
Hatta mengatakan bahwa pengertian filsafat lebih baik tidak dibicarakan lebih dulu, nanti bila orang telah banyak mempelajari filsafat orang itu akan mengerti dengan sendirinya apa filsafat itu[6].  Langeveld  juga berpendapat seperti itu. Katanya, setelah orang berfilsafat sendiri, barulah ia maklum apa filsafat itu, maka dalam ia berfilsafat akan semakin mengerti ia apa filsafat itu[7].
Filsafat disebut juga sebagai pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan akal pikiran belaka[8]. Filsafat merupakan pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya mencapai pengetahuan itu[9].
Apa yang diingatkan  oleh  Hatta dan Langeveld memang ada benarnya.  Kita sebenarnya tidak cukup hanya dengan mengatakan filsafat ialah hasil pemikiran yang tidak empiris, karena pernyataan itu memang belum lengkap. Bertnard Russel menyatakan bahwa filsafat adalah the attempt to answer ultimate question critically[10]. D.C. Mulder mendefinisikan filsafat sebagai pemikiran teorirtis tentang susunan kenyataan sebagai keseluruhan[11].
Sedangkan filsafat menurut arti kata, terdiri atas kata philein yang artinya cinta dan sophia yang artinya kebijaksanaan. Filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Cinta artinya hasrat yang besar, atau yang berkobar-kobar, atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kenenaran yang sesungguhnya. Jadi filsafat artinya hasrat atau keinginan yang sungguh akan  kebenaran sejati. Pengertian umum filsafat adalah ilmu pengetahan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakikat. Ilmu pengetahuan tentang hakikat menanyakan tentang apa hakikat atau sari atau inti atau esensi segala sesuatu. Dengan cara ini, jawaban yang akan diberikan berupa kebenaran yang  hakiki. Ini sesuai dengan  arti filsafat menurut  kata-katanya.
Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa filsafat adalah hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh untuk menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran sejati dengan  menggunakan akal untuk melakukan tesis-antitesis yang bersifat bebas dan tanpa metodologi.

2.2    Pendekatan-Pendekatan Filsafat
Dalam filsafat, semua realitas bukan realitas yang sebenarnya. Oleh karena itu, kebenaran bukan dibatasi oleh hasil uji coba di laboratorium atau hanya karena telah mengalaminya. Pertanyaan merangsang tercabutnya kebenaran adalah dari sudut hakikatnya. Dalam filsafat, semua itu berada dalam kajian ontologi yakni pendalaman rasional tentang hakikat segala sesuatu yang tidak akan terjawab oleh sains. Sebagaimana objrk materia filsafat yang menguliti keberadaan Tuhan,  manusia, hidup, dan mati, dunia dan akhirat, cinta dan benci, semua yang ada adalah objek materi yang masing-masing dimiliki hakikatnya. Akan tetapi dari semua hakikat benda-benda natural dan supranatural, ada yang paling hakiki yang ada dengan sendirinya. Filsafat membongkar mati-matian berbagai kemungkinan sehingga sumber setiap eksistensi dapat ditemukan secara rasional, logis, dan sistematis.

2.2.1        Pendekatan Ontologi
Ontologi adalah teori hakikat yang mempertanyakan setiap eksistensi. Dengan demikian, sumbernya sumbernya ditemukan. Berbicara tentang sumber setiap pengetahuan, dalam filsafat lahir pendekatan yang kedua yaitu epistemologi. Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Ahli metafisika juga berusaha memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemungkinan.
Beberapa pertanyaan yannng berputar sekitar persoalan ontologis yaitu:
Ø  Apa yang dimaksud dengan ada, keberadaan atau eksistensi itu?
Ø  Bagaimana penggolongan dari ada, keberadaan, atau eksistensi itu?
Ø  Apa sifat dasar kenyataan dan keberadaan?
Ø  Jenis keturunan apa yang ada dalam alam?
Ø  Apakah keteraturan dialam seperti mesin ataukah keteraturan yang berjutuan (teologi)?
Ø  Apa hubungan sebab akibat?
Ø  Apakah ruang dan waktu itu?
Ø  Bagaimana terjadi hubungan ragawi dan jiwa?
Ø  Apa yang dimaksud dengan kesadaran?
Ø  Manusia sebagai makhluk apakah bebas atau tidak bebas?

2.2.2        Pendekatan Epistemologi
Epistemologi berasal dari bahasa latin, yaitu episteme yang berarti knowledge yaitu artinya pengetahuan. Sedangkan logos berarti teori, adapula yang mendefinisikannya sebagai hidup. Sehingga, epistemologi adalah teori pengetahuan atau teori tentang metode, cara atau dasar dari ilmu pengetahuan. Atau studi tentang hakikat tertinggi, kebenaran dan batasan ilmu manusia[12]. Dalam filsafat, epistemologi adalah cabang ilmu filsafat yang meneliti asal, struktur, metode-metode, dan keshahihan pengetahuan. Epistemologi berbeda dengan logika. Jika logika merupakan sains formal yang berkenaan dengan prinsip-prinsip penalaran yang shohih, maka epistemologi adalah sains filosofis tentang asal usul pengetahuan dan kebenaran.puncak kajian epistemologi adalah masalah kebenaran yang membawa ke ambang pintu metafisika.
Epistemolgi adalah analisis filosofis terhadap sumber-sumber pengetahuan. Dari mana dan bagaimana pengetahuan diperoleh, merupakan kajian epistemologi. Kajian epistemologi membahas tentang sumber pengetahuan dan sistematikanya. Ilmu atau sains adalah pengetahuan-pengetahuan yang gejalanya dapat diamati berulang-ulang melalui eksperimen, sehingga orang lain pun dapat melakukan eksperimen dalam kasus yang sama, tetapi dalam waktu dan tempat yang berbeda. Dalam epistemologi dibicarakan pula tentang hakikat ketepatan susunan berpikir yang secara akurat pula digunakan untuk masalah-masalah yang bersangkutan dengan maksud menemukan kebenaran isi sebuah pertanyaan. Isi pertanyaan adalah sesuatu yang ingin diketahui. Oleh karena itu, epistemologi relevan dengan ilmu pengetahuan.

2.2.3        Pendekatan Aksiologi
Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios yang artinya nilai dan logos yang artinya teori atau ilmu. Ada juga yang mengartikan logos dengan nilai. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika[13]. Dalam encyclopedia of philosophy[14] dijelaskan aksiologi di samakan dengan value and valuation.
Menurut John Sinclair, dalam lingkup filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial, dan agama. Sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga yang diidamkan oleh setiap insan.
Dari definisi aksiologi diatas, maka dapat dipahami bahwa kajian utama aksiologi adalah nilai yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan estetika. Aksiologi ilmu terdiri nilai-nilai yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana dijumpai dalam kehidupan, yang menjelajahi berbagai kawasan seperti kawasan sosial, kawasan simbolik, ataupun fisik material[15]. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai.

2.2.4        Struktur Filsafat
Struktur filsafat adalah cara kerja filsafat dalam mencari kebenaran. Sebagimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa cara kerja filsafat adalah sebagai berikut:
1)      Menjadikan rasio sebagai alat utama untuk menemukan kebenaran
2)      Merasionalisasi segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dengan cara berfikir mendalam, logis, dan rasional
3)      Menjadikan semua objek ilmu pengetahuan sebagai objek materi filsafat, tetapi cara kerjanya tidak mengenal kata akhir sebuah kebenaran walaupun kebenarannya telah terbukti.
4)      Kebenaran yang bersifat observatif dan empiris bagi filsafat merupakan langkah awal menuju pencarian kebenaran hakiki.
5)      Cara kerja rasio yang sistematis, radikal, dan spekulatif.
6)      Objek kajian filsafat tidak sebatas pada segala sesuatu yang alamiah, bahkan sesuatu yang sebenarnya dzat yang menciptakan alam, yang tidak tidak bersifat alamiah yakni Tuhan tidak segan-segan dijadikan bahan perdebatan dan perbincangan filsafat.

2.3    Pengertian Pengetahuan
Sangat sedikit bahkan hampir tidak ada seorang pun yang mendefinisikan pengetahuan secara mandiri. Oleh karena itu, dalam makalah ini analisis tentang terminologi pengetahuan akan dijabarkan menurut pemikiran penulis berdasarkan kajian terhadap fakta. Ketiadaan definisi pengetahuan secara mandiri dikarenakan para intelektual yang memandang bahwa inmu dan pengetahuan memiliki termonologi yang sama. Padahal, dua kata ini memiliki makna yang berbeda.
Pengetahuan dan ilmu merupakan dua istilah yang memiliki makna yang berbeda, seseorang yang berilmu belum tentu dia berilmu belum tentu dia memiliki pengetahuan, begitupun sebaliknya seseorang yang memiliki pengetahuan belum tentu dia berilmu. Setiap informasi yang diterima sesungguhya merupakan pengetahuan bagi setiap orang. Sebagai contoh, seorang petani awam yang suka membaca berita-berita ekonomi maka dia akan memiliki banyak pengetahuan tentang ekonomi sekalipun dia tidak memiliki ilmu ekonomi (teori-teori ekonomi). Begitupun sebaliknya, seorang sarjana ekonomi tentu memiliki ilmu ekonomi tapi belum tentu memiliki pengetahuan tentang ekonomi karena tidak pernah membaca koran atau mendengar berita. Misalnya ada orang awam yang membaca koran, kemudian dia menjadi tahu kalau pemerintah baru saja mencabut subsidi BBM. Selanjutnya, dengan membaca koran itu juga dia menjadi tahu akibat mencabut subsidi BBM, maka harga BBM juga ikut naik yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga beras, tempe, tahu, paha ayam, sayur, dan lain-lainnya. Dia mengetahui itu semua karena dia membaca koran. Namun, jika dia ditanya apa hubugan pencabutan subsidi BBM dengan terjadinya inflasi (kenaikan harga-harga barang)? Orang awam itu tidak akan mampu menjawabnya. Apalagi jika dia ditanya, bagaimana pengaruh kenaikan harga BBM terhadap inflasi dan berapa tingkat inflasi yang terjadi akibat kenaikan pencabutan subsidi BBM.
Hal itu berbeda dengan seorang sarjana ekonomi yang memiliki banyak ilmu ekonomi. Dia memiliki banyak ilmu ekonomi sehingga jika ditanya hubungan pencabutan subsidi BBM dengan inflasi, insya Allah dia akan mampu menjawabnya. Namun jika dia tidak pernah membaca koran atau mendengar berita, maka jika ditanya apakah BBM sudah naik? Maka dia tidak akan tahu karena tidak membaca koran atau mendengar berita. Oleh karena itu, berdasarkan deskripsi diatas maka pengetahuan adalah setiap informasi yang diserap oleh otak melalui panca indra.
Pengetahuan terbagi menjadi dua macam, yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui persetujuan dan pengetahuan yang diperoleh melalui pengetahuan langsung atau observasi. Pengetahuan yang pertama diperoleh dengan cara mempercayai apa yang dikatakan oraang lain karena kita tidak dapat belajar segala sesuatu melalui pengalaman kita sendiri[16].
Menurut Juhaya, kebanyakan pengetahuan kita sebagai individu-individu di dalam masyarakat adalah pengetahuan sementara yang tidak kekal. Melalui rentang waktu yang amat panjang, pengetahuan mengalami berbagai macam pengklasifikasian. Pengetahuan pun ada yang sifatnya wacana intelektual yang tidak dapat diterapkan, tetapi semata-mata dapat dipikirkan oleh manusia. Ada pula pengetahuan yang bukan hanya dipikirkan oleh manusia, tetapi diterapkan dalam bentuk-bentuk real yang membantu mempermudah kehidupan manusia. Pengetahuan terapan ini disebut juga teknologi. Ada pula pengetahuan yang tidak dapat dipikirkan, tetapi dapat dirasakan, sebagaimana segala bentuk keyakinan spritualistik yanag lebih dominan untuk dirasakan kehangatannya dalam keberimanan manusia yang beragama[17]

2.4    Pengertian Ilmu
Menurut bahasa, arti kata ilmu berasal dari bahasa Arab (ilm), bahasa Latin (science) yang berarti tahu atau mengetahui atau memahami. Orang-orang yang mempelajari bahasa Arab mengalami sedikit kebingungan tatkala menghadapi kata “ilmu”. Dalam bahasa Arab kata ” al-ilm” berarti pengetahuan (knowledge). Sedangkan kata ilmu dalam bahasa indonesia biasanya merupakan terjemahan dari science. Ilmu dalam arti science itu hanya sebagian dari Al-ilm dalam bahasa Arab. Maksudnya agar orang yang mengerti bahasa Arab tidak bingung membedakan kata ilmu (science) dengan kata ilmu (knowledge)[18].
Sedangkan menurut istilah, ilmu adalah pengetahuan yang sistematis atau ilmiah. Perbedaan ilmu dan pengetahuan yaitu : Secara umum, Pengertian Ilmu merupakan kumpulan proses kegiatan terhadap suatu kondisi dengan menggunakan berbagai cara, alat, prosedur dan metode ilmiah lainnya guna menghasilkan pengetahuan ilmiah yang analisis, objektif, empiris, sistematis dan verifikatif[19].
Ilmu diartikan juga sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode ilmiah tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan kondisi tertentu dalam bidang pengetahuan[20]. Sedangkan  dalam Wikipedia Indonesia, Pengertian Ilmu/ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menemukan, menyelidiki dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai bentuk kenyataan dalam alam manusia.
Ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena yang merupakan hasil analisis secara objektif dan empiris yang berkaitan dengan materi dan sifat, yang diperoleh manusia melalui proses berfikir yang sistematis dan memiliki motodologi. Itu artinya bahwa setiap ilmu merupakan pengetahun tentang sesuatu yang menjadi objek kajian dari ilmu terkait yang melewati metodologi sehingga menghasilkan kesimpulan dan kepastian.

3.        KESIMPULAN DAN SARAN
3.1  Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi diatas maka kesimpulan dalam makalah ini adlah sebagai berikut:
1)      filsafat adalah hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh untuk menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran sejati dengan  menggunakan akal untuk melakukan tesis-antitesis yang bersifat bebas dan tanpa metodologi
2)      Pendekatan dalam filsafat ilmu ada tiga yaiktu ontologi, epistemologi dan aksiologi
3)      Struktur filsafat adalah cara kerja filsafat dalam mencari kebenaran dengan menjadikan rasio sebagai alat utama mencari kebenaran dengan cara berfikir secara bebas, tanpa batasan dan metodologi serta radikal dan spekulatif.
4)      Pengetahuan adalah setiap informasi yang diterima oleh seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung dari pihak lain dan tidak memiliki metodologi.
5)      Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena yang merupakan hasil analisis secara objektif dan empiris yang berkaitan dengan materi dan sifat, yang diperoleh manusia melalui proses berfikir yang sistematis dan memiliki motodologi.

3.2  Saran
Adapun yang menjadi saran penulis berkaitan dengan tema pembahasan ini adalah sebagai berikut:
1)      Pembuktian tentang kebenaran dan hakikat harus dilakukn dengan ilmu bukan dengan filsafat, filsafat hanya digunakan dalam proses pencarian variabel-variabel struktur pembentuk penelitian, sementara proses pembuktian harus dikembalikan kepada ilmu yang memiliki metodologi agar mengahasilkan ketentraman jiwa, kesesuaian dengan fitrah manusia dan memuaskan akal.


[1] Taqiyuddin an-Nabhani, Hakekat Berpikir, h. 5. Lebih lanjut Taqiyyudin menerangkan bahwa berpikir memiliki makna yang sama dengan al-aqli (akal).
[2] Taqiyuddin an-Nabhani, Hakekat Berpikir, h. 25
[3] Burhanuddin Salam, Logika Formal, ( Jakarta : PT  Bina Aksara, 1988),h.1
[4] Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum Dari Metologi Sampai Teofilosofi, Cet. 1 (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 13
[5] ibid
[6] Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1966, h. 3
[7] Langeveld, Menudju Ke Pemikiran Filsafat, 1971, h.11
[8] Poedjawijatna, Pembimbing Ke Alam Filsafat, 1974, h.11
[9] Hasbullah Bakry, Sistematik Filsafat, 1971, h.11
[10] Joe Park, Selected Reading in the Philosophy of Education, 1960, h. 3
[11] D.C. Mulder, Pembimbing ke Dalam Ilmu Filsafat, 1966, h. 10
[12] Sarwar, 1994, h. 22
[13] Admojo Wihadi, et.al. Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 19
[14] Amsal, encyclopedia of philosophy, h. 164
[15] Koento, 2003. h. 13
[16] [16] Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum Dari Metologi Sampai Teofilosofi, Cet. 1 (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 21
[17] Juhaya S. Pradja, filsafat ilmu, (Bandung: Teraju, 2003) dalam Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum Dari Metologi Sampai Teofilosofi, Cet. 1 (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 21
[18] Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, 2010, h 3.
[19] Nurul Alima, Pengertian Ilmu, Blog Kumpulan Artikel Ekonomi, http://isma-ismi.com/pengertian-ilmu.html
[20] KBBI

Komentar

Artikel Terbaik

CONTOH BACAAN PEMBUKA, PENUTUP & DOA KHUTBAH JUM"AT

CONTOH BACAAN PEMBUKA, PENUTUP & DOA KHUTBAH JUM"AT Oleh: Abdurrahman al-Munawy (Agusmal) Khutbah Pertama Membaca basmalah : BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM (dibaca dalam hati) Mengucapkan salam : ASSALAAMU ‘ALAIKUM WA RAHMATULLAAHI WA BARAKAATUHU (lalu khotib duduk dan muadzin mengumandangkan azan. Setelah selesai adzan, khatib berdiri lagi dan langsung membaca hamdalah kalimat pujian (hamdalah), yaitu: INNAL HAMDA LILLAAH, NAHMADUHUU WA NASTA’IINUHUU WA NASTAGHFIRUHU WA NA’UUDZUBILLAAHI MIN SYURUURI ‘ANFUSINAA WA MIN SYAYYI-AATI A’MAALINAA MAN YAHDILLAAHU FALAA MUDHILLALAHU WA MAN YUDHLIL FALAA HAADIYALAHU Membaca syahadat : ASYHADU ANLAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIIKALAAHU WA ASYHADU ANNAA MUHAMMADAN ‘ABDUHUU WA RASUULUHUU LAA NABIYYA BA’DAHU Membaca shalawat : ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA SYAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALIHII WA SHAHBIHII ‘AJMA’IIN Membaca ayat alqur’an yang mengajak bertaqwa kepada allah, contoh: YA AYYUHAL

Sumber Hukum (Dalil) Dalam Islam : Muttafaq 'alayh dan Mukhtalaf fiih

Sumber Hukum (Dalil) Dalam Islam: Muttafaq 'Alay h dan Mukhtalaf Fiih Oleh : Agusmal Jika dalam penelitian yang menggunakan paradigma positivisme, sumber hukum (teori) diambil dari dalil aqli dengan cara melakukan penelitian dan percobaan yang sistematis maka dalam islam dalil yang digunakan tidak hanya dalil aqli saja tetapi juga dengan menggunakan dalil naqli yakni menggali teori dalil kalamullah . Dalil aqli dalam islam kadangkala digunakan untuk memahami makna dari dalil naqli. sebagai contohnya adalah penulisan ilmu tafsir yang sangat kental dengan kaidah-kaidah sastra dimana kaidah tersebut dapat dipahami dengan menggunakan dalil aqli. Dalil secara bahasa adalah yang menujukan terhadap sesuatu dan terkadang dimutlakan (dimaknai) dengan perkara yang di dalamnya terdapat dalalah (penunjukan)   dan irsyad (petunjuk). Inilah yang disebut sebagai dalil dalam pandangan para fuqoha (ulama ahli fiqih), dimana hal itu menunjukan bahwa dalil itu perkara yang dapat mengh